Bagi
komunitas sepeda, atau mereka yang suka wisata sehat, rupanya tak asing dengan
jalur Dago Pakar. Di lintasan yang berudara dingin dan segar, hampir sepanjang kiri dan kanannya dipenuhi panorama yang
indah, di samping warung-warung dadakan
yang menyediakan aneka makanan ringan.
Namun dalam dua hari
terakhir ini kita disuguhkan dengan pemandangan baru. Terpaut 20 meteran
dari Halaman Parkir TAHURA (Taman Hutan
Raya) Juanda, tepatnya di pertigaan, terdapat lokasi jajanan baru. Lokas ini
rupanya dibuat khusus untuk memanjakan si pesepeda atau pejalan kaki. Itulah Bubur Gowes, sebuah tempat sarapan yang
direkomendasikan buat penggiat olah raga sepeda atau pejalan kaki. Tanpa atap
dan hanya mengandalkan rindangnya
pepohonan kita bisa Nyabu dan Nyakueh
bareng.
Si pengelola rupanya mengerti
keinginan pengunjung. Tanpa
menghilangkan keasrian alam, hanya menambah paving blok, selebihnya dibiarkan udara dan sinar matahari terbuka. Dia hanya mengandalkan rindangnya pepohonan dan
udara dingin . Warna merah mencolok di
Gapura dengan tulisan simple, di tambah cakueh yang proses
pembuatannya dipertontonkan, menjadi daya tarik, sekaligus unik.
Soal rasa, sekalipun bubur di
lokasi ini berlabel beda dengan induk cabangnya di Cisitu, tentunya tak bisa
diragukan lagi. Bubur ayam Gowes tanpa
mengandalkan kacang kedelai dan krupuk, sebagai mana bubur ayam pada umumnya.
Dia hanya mengandalkan cakue dan beberapa jenis olahan ayam saja. Justru inilah
yang menjadi ciri khas bubur ini. Dia hanya bermain di bumbu merica dan daun
bawang yang khas, serta tentunya daging
ayam empuk yang disuir dadakan saat akan
dihidang, yang tentunya sulit ditemui di beberapa tukang bubur di kita.
Untuk merasakan sensasi bubur sudah yang dikenal akrab para mahasiswa ITB dan warga Dago ini, kata si pegelola, masih terbatas di hari Jumat, Sabtu dan Minggu saja. “ Itu pun sampai jam 10-an saja,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar