BANDUNGURBAN
Berita & Cerita Bandung
Rabu, 10 Februari 2016
Minggu, 03 Januari 2016
Curug Sadim, Objek Wisata Masa Depan Subang
Curug
Sadim, merupakan objek wisata air terjun, lokasinya tak jauh dari Objek wisata Ciater,
Subang. Sekalipun relatif kecil, lokasi yang mudah dijangkau dan berada di
tengah area perkebunan teh nan sejuk menjadikan objek yang satu ini memiliki
masa depan cerah.
Dari Kota Lembang, Curug
Sadim hanya berjarak tempuh 15 menitan dengan kendaraan. Bagi Anda yang sudah
pernah mengunjungi Ciater, 500 meter sebelumnya terdapat Tugu di pertigaan.
Dari Tugu hanya butuh 10 menitan perjalanan Anda sudah tiba di Curug Sadim.
Curug ini tepatnya terletak di kampung Panaruban, Desa Cicadas, Kecamatan
Segalaherang, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.
Udara sejuk dengan sekelilingnya perkebunan teh milik
Perkebunan Teh Nusantara VIII Ciater, menjadikan Curug Sadim sangat pas bagi
Anda yang menginginkan ketenangan. Area parker nan luas, serta terdapat
beberapa area terbuka, dan saung untuk berteduh manakala hujan, menjadikan
Curug Sadim patut diperhitungkan sebagai objek wisata alam alternatif.
Untuk menikmati objek ini hanya dikutif Rp10.000/ orang.
Tarif ini sudah termasuk biaya parker di area yang luas. Di area wisata, Anda
disuguhkan parit nan jernih, sebagai luapan air terjun di atas.
Di pinggir
parit terdapat pelataran rerumputan yang cocok untuk gelar tikar. Masih belum
puas, terpaut belasan meter Anda pun bisa berbasah ria menikmati jernihnya air
terjun. Asepburhanudin/geowista.net/bandungurban.com
Jumat, 25 Desember 2015
Kampung Gajah Masih Magnet Liburan di Penghujung 2015
Sekalipun
objek wisata terus bermunculan, Kampung
Gajah Wonderland masih menjadi pusat tujuan wisatawan dalam liburan Natal &
Tahun Baru 2015.
Siapa yang tak mengenal
Kampung Gajah Wonderland yang berlokasi di Jl. Sersan Bajuri, Cihideung Lembang.
Kompleks wisata seluas 80 ha ini sampai sekarang masih menjadi magnet wisatawan yang berkunjung ke Bandung. Di
lokasi ini setidaknya terdapat 36
wahana, mulai outbond sampai
kolam renang Water boom segala usia. Tak hanya itu berbagai menu makanan dari
yang tradisional hinggga masakan Jepang pun tersaji di sini. Wahana ini dibuka
mulai pukul 09.00 hingga pukul 18.00, dengan harga tiket masuk
Rp.10.000-Rp.20.000 di hari biasa, hingga Rp 150.000-250.000 di hari liburan.
Namun dengan harga tiket ini Anda bisa menikmati seluruh wahana tanpa dipungut
biaya lagi. Bila Anda hanya ingin menikmati waterboom
saja, cukup mengeluarkan uang tambahan Rp.100.000
Kampung Gajah masih menjadi
buruan wisatawan bisa dilihat dari antrean kendaraan menuju lokasi ini. Sejak
dua hari lalu, lokasi yang berbatasan antara Bandung- dengan Lembang dipadati kendaraan berplat luar Bandung.
Antrean kendaraan ini diprediksi bakal berlangsung hingga liburan Tahun Baru
berakhir.
Alasan Kampung Gajah masih diminati karena selain lokasinya strategis berada di seputaran objek
wisata, seperti Jendela Alam, Kampung Daun dan Dusun Bambu. Masih di
seputaran itu, juga terdapat Maja serta
Cihideung yang menjajakan aneka tanaman hias. Hanya terpaut 20 menitan
dari Kampung gajah, Anda pun sudah bisa tiba di Lembang. Di kota kecamatan ini
Anda bisa menikmati Floating Market, Maribaya Natural
Hot Spring Resort Waterfall. Masih belum puas di sini, bergeser ke arah
timur, dalam lima menitan Anda bisa menikmati Bougenvile Resort yang
menyediakan vila dan aoutbond,
termasuk arena mancing, serta Tania, arena mainan anak-anak.(asepburhanudin/geowisata.net)
Kamis, 24 Desember 2015
Maribaya Wajah Baru Siap Ramaikan Liburan Nartal&Tahun Baru
Dua tahun tak beroperasi, Maribaya, ikon wisata Bandung Barat akhirnya
beroperasi kembali dengan wajah baru bernama Maribaya Natural Hot Spring Resort.
Nama Maribaya tak asing
di dunia pariwisata. Resort yang mengandalkan keasrian alam berupa bentangan
alam , air terjun dan sumber air panas, terletak di sebelah timur Kota Lembang, tepatnya
di antara Lembang dengan Cibodas. Untuk mencapai lokasi ini tak begitu sulit.
Dari Kota Lembang hanya membutuhkan waktu 10 menitan, sementara dari Kota
Bandung sekitar, 20 menitan ke arah utara.
Ada beberapa akses untuk
menjangkau Maribaya. Dari Taman Hutan Raya ( Tahura) Juanda, Dago, pengunjung
bisa berjalan kaki atau naik jasa ojek. Jalan setapak antara Goa Jepang dengan
Maribaya bisa ditempuh 30 menitan berjalan kaki.
Untuk menikmati seluruh
keindahan Maribaya, pengunjung hanya dikutif tiket masuk Rp.35.000 per orang. Di
objek ini, wisatawan bisa melihat
asrinya hutan yang di dalamnya terdapat dan tiga air terjun, atau bahasa sundanya
curug. Ketiga curug ini yakni Curug Cigulung, Curug Cikawari, dan Curug Omas.
Dengan manajemen baru,
yang dikelola swasta, pengunjung selain menikmati tiga curug tadi, juga bisa merasakan sensasi air panas yang
mengandung senyawa natrium bikarbonat bersuhu 45,1 derajat Celcius. Dengan harga antara 35.000 sampai Rp.150.000/
orang, Anda bisa SPA atau berendam air panas yang katanya mujarab untuk
menyembuhkan peradangan tulang, kulit serta nyeri otot. Tak hanya itu,
pengunjung pun dimanjakan jejeran restauran dan cafe .Sayangnya, beberapa
penginapan dan hotel masih dalam pengerjaan, sehingga pegunjung hanya
bisa menikmati Maribaya hingga puul 20.00 WIB.
Beberapa asilitas yang
menjadi andalan Maribaya Baru, antara lain Kolam Rendan VIP Tirta Sawarna,
Kolam Rendam Tirta Raga, Kolam rendam air panas alam, kolam rendam air panas
kaki, Tak hanya itu pengunjung pun bisa memancing atau tangkap ikan langsung di
kolam, serta outbond, sekaligus
belanja souvenir.
Nama Maribaya memang
sudah melegenda di masyarakat setempat. Ada dua versi tentang Maribaya. Pertama
mari berarti sehat dan baya mengandung arti bahagia. Sementara cerita lain
Maribaya berasal dari nama seorang gadis cantik putri seorang petani miskin
yang bernama Eyang Raksa Dinata.
Dalam pertapaannya di Gunung Tangkuban parahu
Eyang Raksa Dinata mendapat dua bokor berisi air yang harus disiram ke arah
barat dan timur. Bokor air yang disiram di daerah barat kemudian menjadi Situ
Lembang, sementara bokor air yang disiram ke bagian timur, dekat rumahnya, menjadi
sumber air panas di Maribaya.
Terlepas dari legenda
yang berkembang, Maribaya dengan wajah baru siap menampung wistawan yang
berlibur di hari Natal dan Tahun Baru. Fasilitas parkir yang luas dan terpisah
dilayani belasan stutle bus gratis.
(Asep Burhanudin/www.bandungurban/ www. geowisata.net)
Senin, 21 Desember 2015
Kopi Aroma Harumkan Pariwisata Bandung
Sepertinya tak lengkap
bila berkunjung ke Bandung tidak menyempatkan mampir ke pabrik rumahan Kopi Aroma yang terletak di
pusat Kota. Selain mendapatkan aroma utuh sebuah kopi, pengunjung bisa melihat langsung
proses pembuatan, mulai dari penjemuran,
penggarangan, hingga penggilingan, yang semuanya diolah secara tradisional.
Ada pemandangan ganjil bila di pagi hari Anda melintas Jl.
Banceuy. Mata kita akan menangkap
kerumunan orang memanjang di pinggir trotoar. Padahal, pagi itu seluruh
pertokoan, yang dikenal sebagai sentra suku cadang kendaraan bermotor, masih
pada tutup. Rupanya mereka tengah antri untuk membeli kopi bubuk Aroma. Mereka
rela menunggu dan antri dari jam 06.00
pagi, dua jam sebelum pabrik dibuka.
Mengapa mereka rela antri untuk sekedar belanja kopi yang sebetulnya sudah banyak dijual di pasar
swalayan terkenal di Bandung? Jawabannya beragam, ada yang menyebut produknya
masih segar, sampai ada yang ingin tahu proses pembuatannya, yang alami banget. “ Masalah harga nomor dua,
mungkin hanya beda dua tiga ribu dengan di mol,” kata Ahmed yang mengaku dari
Johor Bahru, Malaysia. Ia rela mengantri dari jam 06.30, sebelum menuju Bandara
untuk kembali pulang ke negaranya.
Memang hampir sebagian besar yang antri belanja kopi di sini
kebanyakan dari luar kota Bandung. Merk Kopi Aroma buatan Bandung sudah dikenal
luas ke manca negara dan menjadi salah satu destinasi mereka untuk belanja buah
tangannya.
Kopi Aroma kini dikelola generasi kedua. Widyapratama , putra tungggal Tan Houw Sian, tinggal melanjutkan rintisan usaha mendiang ayahnya yang dibuat sejak tahun
1930-an. Pria kurus alumnus UNPAD yang aktif mengajar di UNPAR ini bukan tanpa
halangan untuk melanjutkan Aroma hingga besar seperti sekarang. Pabrik kopi
Aroma sempat kolap bahkan di tahun 1970-an nyaris berhenti ketika ayahnya sudah
tua sementara Widya, begitu pria disapa, masih kecil. Namun berkat keuletan dan
berguru sampai Singapura, Aroma kembali hidup dan kini menjadi salah satu ikon Bandung.
Tak ada rahasia dalam menjaga cita rasa kopi buatannya, semua
terbuka. Bahkan pengunjung diperbolehkan
melihat dari dekat proses pembuatan dari awal hingga pengepakan. Justru dengan terbuka seperti itulah Aroma tumbuh menjadi besar. Bila orang bicara kopi,
pasti berakhir dengan thema Aroma.
Untuk menjaga mutu, Widya tak pernah mempercayakan pada
siapapun, termasuk pada anak dan karyawannya
untuk mencicipi tingkat kematangan kopi yang digarangnya. Sejak pagi buta ia sudah melibatkan diri bersama beberapa karyawannya
untuk menggarang kopi. Ia tak risi mengangkat karung goni, dan memutar- mutar
tungku besi mirip bola besar di atas bara api. Ia sepertinya sudah akrab dengan
udara panas yang terperangkap dalam
ruangannya.
Sekalipun jaman sudah modern, ia tetap konsisten
mempertahankan tradisi leluhurnya, menggunakan peralatan tahun 1930-an serta
kayu bakar sebagai sumber panasnya. “ Banyak peralatan modern dan praktis. Tapi
semua itu akan merusak rasa dan manfaat sebuah kopi, “ katanya singkat.
Selain mempertahankan proses pembuatannya, ia juga selektif memanfaatkan kopi yang akan
diprosesnya. Kopi yang diolah hari ini merupakan kopi simpanan 5 sampai 8 tahunan silam. “ jadi
biji Kopi yang dibeli sekarang kami jemur dan kami simpan dalam gudang
dan diberi label, untuk diolah 5-8 tahun kemudian. Dan yang saya giling
sekarang hasil simpanan 8 tahun lalu.
Begitu terus kami ulang- ulang,” kata Pria paruh baya yang biasa mengenakan
kemeja warna kopi. Menurutnya, untuk kopi Robusta minimal harus disimpan dalam
karung goni selama 5 tahun, sementara untuk
jenis Arabika minimal harus tersimpan 8 tahun.
Menurutnya, kalau sekedar mengejar omzet bisa saja ia
menggunakan mesin modern serta mengambil kopi, tanpa melihat berapa lama
digudang. “ Tapi kan itu tidak enak,
ke lambung saja bisa kembung. Kalau ini tidak, malah bisa menyehatkan,”
katanya.
Dari tampak luar, memang gedung art deco ini tidak begitu besar, namun bila masuk ke dalam kita disuguhkan ruangan gudang yang luas, seukuran lapangan
voli. Sementara, ruangan terbuka, tempat menjemur kopi, ditaksir seukuran
lapangan batminton. Area dapur, untuk memasak kopi berukuran sekitar 15 x4
meteran terletak antara gudang dengan ruangan pengepakan. Untuk melayani
pembeli hanya disediakan satu pintu . Itu pun ditutup dengan lemari kayu lawas
yang di bagian atasnya berisi
berbagai jenis butiran kopi rapi tertutup
kaca.
Selain memanfaatkan kopi dari alam Parahyangan, seperti dari
Ciwidey dan Pangalengan, Aroma juga mendatangkan biji kopi dari Aceh, Medan,
Toraja, Flores. Bahkan untuk jenis kopi
Robusta ia sengaja datangkan khusus dari Bengkulu, Lampung , dan Jawa
Timur, tentunya sebagian dari Pangalengan.
Menurutnya, bila kopi dimasak secara benar akan bermanfaat
bagi tubuh. Selain menghilangkan stress, kopi juga mujarab untuk mengobati
diabetes.
“ Caranya gampang,
supaya panasnya merata, bila air sudah mendidih langsung seduh ke
kopinya dan jangan sampai terhalang
sendok, setelah itu baru diaduk,” katanya.
Untuk mendapatkan kopi Aroma ukuran 0, 25kg cukup dengan Rp27.500. (asepburhanudin/geowisata.net)
Minggu, 20 Desember 2015
Wow!! Di Jalur Wisata Sepeda Dago Pakar Bisa 'Nyabu' Rame- Rame
Bagi
komunitas sepeda, atau mereka yang suka wisata sehat, rupanya tak asing dengan
jalur Dago Pakar. Di lintasan yang berudara dingin dan segar, hampir sepanjang kiri dan kanannya dipenuhi panorama yang
indah, di samping warung-warung dadakan
yang menyediakan aneka makanan ringan.
Namun dalam dua hari
terakhir ini kita disuguhkan dengan pemandangan baru. Terpaut 20 meteran
dari Halaman Parkir TAHURA (Taman Hutan
Raya) Juanda, tepatnya di pertigaan, terdapat lokasi jajanan baru. Lokas ini
rupanya dibuat khusus untuk memanjakan si pesepeda atau pejalan kaki. Itulah Bubur Gowes, sebuah tempat sarapan yang
direkomendasikan buat penggiat olah raga sepeda atau pejalan kaki. Tanpa atap
dan hanya mengandalkan rindangnya
pepohonan kita bisa Nyabu dan Nyakueh
bareng.
Si pengelola rupanya mengerti
keinginan pengunjung. Tanpa
menghilangkan keasrian alam, hanya menambah paving blok, selebihnya dibiarkan udara dan sinar matahari terbuka. Dia hanya mengandalkan rindangnya pepohonan dan
udara dingin . Warna merah mencolok di
Gapura dengan tulisan simple, di tambah cakueh yang proses
pembuatannya dipertontonkan, menjadi daya tarik, sekaligus unik.
Soal rasa, sekalipun bubur di
lokasi ini berlabel beda dengan induk cabangnya di Cisitu, tentunya tak bisa
diragukan lagi. Bubur ayam Gowes tanpa
mengandalkan kacang kedelai dan krupuk, sebagai mana bubur ayam pada umumnya.
Dia hanya mengandalkan cakue dan beberapa jenis olahan ayam saja. Justru inilah
yang menjadi ciri khas bubur ini. Dia hanya bermain di bumbu merica dan daun
bawang yang khas, serta tentunya daging
ayam empuk yang disuir dadakan saat akan
dihidang, yang tentunya sulit ditemui di beberapa tukang bubur di kita.
Untuk merasakan sensasi bubur sudah yang dikenal akrab para mahasiswa ITB dan warga Dago ini, kata si pegelola, masih terbatas di hari Jumat, Sabtu dan Minggu saja. “ Itu pun sampai jam 10-an saja,” katanya.
Kamis, 17 Desember 2015
Bandung Kota Wisata Terfavorit Se-ASEAN dan Urutan ke-21 Tingkat Dunia
Bandung sebagai kota pariwisata
terfavorit se-ASEAN dan peringkat ke-5 se Asia Pasifik atau urutan ke-21
tingkat dunia. Untuk wisatawan domestik,
ternyata propinsi yang ber-Ibukota di Bandung ini mengalahkan
kunjungan wisatawan domestik ke Bali.
Nuansa alam
nan asri, aneka kuliner, udara sejuk serta
sikap ramah warganya menjadi daya tarik wisatawan untuk terus berkunjung
ke Bandung.
Tak hanya wisatawan domestik, Bandung pun dikenal turis mancanegara,
sehingga dalam waktu singkat Bandung merupakan kota terfavorit se- ASEAN. “
Atau urutan ke-lima untuk tingkat Asia Pasifik serta urutan ke 21 untuk tingkat
dunia,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Drs. Nunung
Sobari MM.
Wisatawan asal
ASEAN yang berkunjung ke Bandung 40 persen berasal dari Malaysia dan Singapura,
sisanya dari Eropa, Amerika serta dari China, Korea dan Jepang. Mereka, selain cinta akan keindahan alamnya, juga sangat
menyukai kuliner dan SPA.
Sementara
untuk tataran nasional, Jawa Barat
ternyata bisa mengalahkan Bali bila
dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan domestiknya. Tahun lalu, jumlah kunjungan
wisatawan domestik ke Jabar mencapai 45 juta orang. “ Mereka rata-rata tinggal
di Bandung selama lima hari,” kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari
(kompas.com)
Berapa Biaya Wisata di Bandung/ Hari?
Di luar
tiket,tak ada harga khusus yang
membedakan antara turis domestik dengan turis mancanegara. Seluruh restauran, cafe dan tempat
tongkrongan lainnyam, harganya relatif sama. Begitu pun tuntuk hotel dan
penginapan, semua harganya disamakan antara pendatang dan warga lokal. Hanya
saja untuk tiket masuk di beberapa objek tertentu dibedakan.
Tiket masuk keTangkuban Parahu,
Maribaya, TAHURA misalnya, untuk
domestik hanya 10 persen dari harga tiket untuk mancanegara. Turis lokal cukup bayar Rp 25.000 per orang,
sementara untuk asing bisa Rp.200.000/ orangnya.
Untuk
menyiasati supaya hemat, Di Bandung terdapat beberapa penginapan yang relatif
murah. Di Bilangan Jl. Ir. H. Djuanda, misalnya bisa ditemui home stay ber-AC kamar mandi dalam dengan
harga Rp.100.000 per malam untuk dua atau tiga orang. Sementara makan tidak lebih dari 25.000 di restauran
tertentu.
20 Objek Wisata Pilihan Netizen
Berdasarkan google keyword planner, yang memantau
pencarian objek wisata di Bandung melalui internet di tahun 2015, setidaknya
terdapat 20 Objek wisata di Bandung yang menjadi incaran para netizen, yakni;
1. Mesjid
Agung ( Mesjid Raya berlokasi di Alun-alun)
2. BEC (
Pertokoan yang menyajikan aneka elektronik di Jl. Purnawarman.
3. Ciwolk ( Sebuah Moll yang dilengkapi aneka cafe di
Jl. Cihampelas)
4. Rumah Mode
( Factory aoutlet di Jl. Setia Budhi)
5. Ranca Upas
di Ciwidey Bandung Selatan
6. Kebun
Binatang di Jl. Tamansari
7. Saung
Angklung Ujo di Cicaheum
8. Museum
Geologi di Jl. Diponegoro
9. De’Ranch,
wisata Kuda di Lembang
10. Situ
Patenggang di Bandung Selatan
11. Pasar Baru Bandung di pusat kota
12. Gedung
Sate
13. PVJ ( Mall
di Sukajadi)
14. ITB
15. Kampung
Daun
16. Kampung
Gajah di Cihideung
17. Floating Market di Lembang
18. Kawah
Putih
19. Tangkuban
Parahu
20. Trans
Studio di Jl. Gatot Subroto
Langganan:
Postingan (Atom)